Sejatinya Sebuah Aktivitas (I)

“Ringkasnya, sebelum kita beraktivitas, kita kenali dahulu kebutuhan tersebut timbul dari potensi hidup yang mana. ”

#1 : Potensi Hidup

Mengapa kita beraktivitas? Manusia beraktivitas pada dasarnya didorong oleh adanya kepentingan. Kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup agar kita bisa hidup secara wajar dan proporsional. Mengapa timbul kebutuhan hidup? Kebutuhan hidup timbul karena kita hidup (ups!). Maksudnya orang yang hidup pasti memiliki potensi hidup. Potensi untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan diidentikan dengan perubahan fisik, sedangkan berkembang diidentikkan dengan peningkatan kemampuan menjalani hidup (life skill). Kebutuhan hidup timbul untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan manusia dari waktu ke waktu.

Bagaimana mengidentifikasi kebutuhan secara benar?Karena kebutuhan timbul sebagai akibat kita memiliki potensi hidup, maka kita harus terlebih dahulu mengenali potensi hidup apa saja yang kita miliki. Dari beberapa sumber yang saya baca, apabila kita kelompokkan ke dalam golongan besar, maka terdapat empat kelompok besar potensi hidup.

Pertama, potensi fisik. Dari potensi fisik inilah maka manusia mengalami fase pertumbuhan dan perubahan fisik dari lahir sampai meninggal. Hal ini disebabkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh manusia.

Agar organ-organ tubuh manusia ini bisa bekerja dengan baik dan benar, maka timbullah kebutuhan fisikal yang harus dipenuhi. Kebutuhan ini timbul dengan sendirinya secara alami tanpa harus kita stimulasi, karena datang dari dalam tubuh manusia. Apabila tidak dipenuhi, maka bisa menyebabkan kerusakan fungsi organ tubuh dan kerusakan organ itu sendiri. Bahkan bisa menimbulkan kematian.

Contohnya apabila usus kita sudah kosong, maka kita merasa lapar. Kalau kita lapar maka kita butuh makan. Kalau kita tidak makan karena lapar, maka kita bisa jatuh sakit bahkan mati kalau sudah kelaparan teramat sangat (ihhh).

Itulah mengapa kita boleh makan bangkai manusia apabila kita sudah berhari-hari tidak makan dan tidak menemukan makanan lain hanya sekedar untuk bisa melangsungkan hidup (ihh, jangan sampe! Ini hanya ilustrasi terburuk).

Contoh lain kalau salah satu organ tubuh kita terganggu fungsi kerjanya karena satu dan lain hal, kita jadi sakit, kemudian butuh berobat.

Kedua, potensi memiliki keturunan. Potensi ini bisa melahirkan kebutuhan apabila distimulasi dari luar. Implikasi dari potensi ini beragam dan biasanya berhubungan dengan people relationship yang menimbulkan like and dislike, care, love and hate, dan sejenisnya baik kepada anggota keluarganya, lawan jenis, ataupun sesama jenis (weh?). Sehingga wajar apabila kita butuh kasih sayang, perhatian, ingin menikah, punya anak, menyayangi, membenci, dan sejenisnya.

Uniknya, berbeda dengan potensi yang pertama, kebutuhan yang timbul karena potensi ini apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi tidak berdampak pada kematian, tapi biasanya menimbulkan keresahan jiwa. Sehingga apabila kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa dialihkan. Misalnya tiba-tiba ada sesuatu yang mengingatkan kita kepada teman lama. Kita menjadi kangen dan ingin bertemu. Karena tidak memungkinkan untuk bertemu, maka kita bisa mengalihkan rasa kangen dan ingin bertemu dengan menyibukkan diri. Kita pun jadi lupa ingin ketemu.

Contohnya kalau kita liat cowok ganteng, baek budi, dan tidak sombong, maka kita suka. Kalaupun cowok tersebut terus gak ngapa-ngapain kita, we won’t die girls! Kalau ternyata kita gantung diri karena gak direspon, itu mah efek tidak langsung karena kebodohan kita. Ortu atau suami ngasih uang jajan lebih, kita jadi tambah sayang (ups! Ilustrasi yang tidak mendidik).

Ketiga, potensi beragama. Sama dengan potensi kedua, potensi ini akan melahirkan kebutuhan beragama apabila distimulus dari luar. Semakin sering kita melihat dan membaca sekeliling kita dengan hati dan pikiran yang jernih, maka kita akan semakin merasa membutuhkan kehadiran yang Maha Segala-Galanya. Karena siapapun kita dengan segala kelebihan dan kemampuan, ternyata kita, alam semesta, dan kehidupan ini tetap memliki keterbatasan. Sehingga wajar apabila kita merasa perlu beribadah, mendekatkan diri kepada Tuhan Semesta Alam dan sejenisnya.

Keempat, potensi untuk mempertahankan diri sendiri (self-defensing). Seperti halnya potensi hidup yang kedua dan ketiga, potensi ini akan melahirkan kebutuhan apabila distimulus dari luar. Potensi ini melahirkan kebutuhan untuk diapresiasi, membela diri apabila merasa diperlakukan tidak adil, kebutuhan untuk marah, menangis, dan sejenisnya.

Sebagaimana potensi yang melahirkan kebutuhan apabila distimulus dari luar, apabila timbul kebutuhan karena sudah distimulus dan tidak selalu harus dipenuhi sehinnga bisa dialihkan.

Contohnya kalau kita lagi ingin marah, tapi gak bisa, maka kita bisa refreshing, jalan-jalan ke mal (lagi-lagi rekomendasi yang standar).

Ringkasnya, sebelum kita beraktivitas, kita kenali dahulu kebutuhan tersebut timbul dari potensi hidup yang mana. Sehingga kita bisa tau bahwa tidak setiap kebutuhan harus selalu dipenuhi. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara kita memenuhi semua kebutuhan hidup kita? Sebelum kita mencari jawaban bagaimana cara memenuhi kebutuhan hidup, maka kita harus mengenali hakikat sebuah aktivitas. Artinya kita harus tau tujuan jangka panjang, tujuan antara, dan nilai setiap perbuatan. Sehingga kita tau, aktivitas mana yang bisa kita komersialkan dan mana yang free of charge.

Semua itu, akan kita kupas bersama pada tulisan kedua. Mudah-mudahan. Insya Allah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *