Sejatinya Sebuah Aktivitas (I)

“Ringkasnya, sebelum kita beraktivitas, kita kenali dahulu kebutuhan tersebut timbul dari potensi hidup yang mana. ”

#1 : Potensi Hidup

Mengapa kita beraktivitas? Manusia beraktivitas pada dasarnya didorong oleh adanya kepentingan. Kepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidup agar kita bisa hidup secara wajar dan proporsional. Mengapa timbul kebutuhan hidup? Kebutuhan hidup timbul karena kita hidup (ups!). Maksudnya orang yang hidup pasti memiliki potensi hidup. Potensi untuk tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan diidentikan dengan perubahan fisik, sedangkan berkembang diidentikkan dengan peningkatan kemampuan menjalani hidup (life skill). Kebutuhan hidup timbul untuk menopang pertumbuhan dan perkembangan manusia dari waktu ke waktu.
Lanjutkan membaca →

Kebahagiaan

Seorang lelaki berumur 92 tahun yang mempunyai

selera tinggi, percaya diri, dan bangga akan dirinya sendiri,

yang selalu berpakaian rapi setiap hari sejak jam 8 pagi,

dengan rambutnya yang teratur rapi meskipun dia buta,

masuk ke panti jompo hari ini. Lanjutkan membaca →

Renungan. Renungkanlah kawan………..

Kawan-kawan,

Baca yang khidmat dan resapi sedikit renungan ini. Rahasia 90/10 memang luar biasa!

Apa Rahasia 90/10? 10% kehidupan dibuat oleh hal-hal yang terjadi terhadap kita. 90% kehidupan ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi/memberi respon. Lanjutkan membaca →

Makna Istikomah

Allah SWT berfirman, ”Istikomahlah kamu sebagaimana engkau telah diperintahkan.” (QS Hud [11]:112). Sasaran ayat ini bukan hanya Rasulullah SAW, tetapi seluruh hamba-Nya. Sebab, istikamah adalah kunci pembuka kemuliaan. Bahkan sebagian ulama menempatkan istikomah pada tingkatan
puncak dari tangga pendakian seorang hamba menuju kesempurnaan makrifat, kebeningan hati, dan kemurnian akidah.
Lanjutkan membaca →

SURAT DARI SETAN UNTUK MU

Aku melihatmu kemarin, saat engkau memulai aktifitas
harianmu. Kau bangun tanpa sujud mengerjakan subuhmu.
Bahkan kemudian, kau juga tidak mengucapkan “Bismillah” sebelum
memulai santapanmu, juga tidak sempat mengerjakan shalat Isya sebelum
berangkat ketempat tidurmu. Kau benar2 orang yang bersyukur, Aku
menyukainya.

Aku tak dapat mengungkapkan betapa senangnya aku melihatmu tidak
merubah cara hidupmu.

Hai Bodoh, Kamu millikku.

Ingat, kau dan aku sudah bertahun-tahun bersama dan aku masih belum
bisa benar2 mencintaimu. Malah aku masih membencimu, karena aku
benci Allah.

Aku hanya menggunakanmu untuk membalas dendamku kepada Allah. Dia
sudah mencampakkan aku dari surga, dan aku akan tetap memanfaatkanmu
sepanjang masa untuk mebalaskannya Kau lihat, ALLAH MENYAYANGIMU dan
dia masih memiliki rencana-rencana untukmu dihari depan.

Tapi kau sudah menyerahkan hidupmu padaku, dan aku akan membuat
kehidupanmu seperti neraka. Sehingga kita bisa bersama dua kali dan
ini akan menyakiti hati ALLAH

Aku benar-benar berterimakasih padamu, karena aku sudah menunjukkan
kepada NYA siapa yang menjadi pengatur dalam hidupmu dalam masa2 yang
kita jalani.

Kita nonton film porno bersama, memaki orang, mencuri, berbohong,
munafik, makan sekenyang-kenyangya, guyon2an jorok, bergosip,
menghakimi orang, menghujam orang dari belakang, tidak hormat pada
orang tua, tidak menghargai Masjid, berperilaku buruk.

TENTUNYA kau tak ingin meninggalkan ini begitu saja.

Ayolah, Hai Bodoh, kita terbakar bersama, selamanya.

Aku masih memiliki rencana2 hangat untuk kita.

Ini hanya merupakan surat penghargaanku untuk mu.

Aku ingin mengucapkan ‘TERIMAKASIH’ karena sudah mengizinkanku
memanfaatkan hampir semua masa hidupmu.

Kamu memang sangat mudah dibodohi, aku menertawakanmu.

Saat kau tergoda berbuat dosa kamu menghadiahkan tawa.

Dosa sudah mulai mewarnai hidupmu.

Kamu sudah 20 tahun lebih tua, dan sekarang aku perlu darah muda.

Jadi, pergi dan lanjutkanlah mengajarkan orang-orang muda bagaimana
berbuat dosa.

Yang perlu kau lakukan adalah merokok, mabuk-mabukan, berbohong,
berjudi, bergosip, dan hiduplah se-egois mungkin.

Lakukan semua ini didepan anak-anak dan mereka akan menirunya.
Begitulah anak-anak.

Baiklah, aku persilahkan kau bergerak sekarang.

Aku akan kembali beberapa detik lagi untuk menggoda mu lagi.

Jika kau cukup cerdas, kau akan lari sembunyi, dan bertaubat atas
dosa-dosamu. Dan hidup untuk Allah dengan sisa umurmu yang tinggal
sedikit.

Memperingati orang bukan tabiatku, tapi diusiamu sekarang dan tetap
melakukan dosa, sepertinya memang agak aneh.

Jangan salah sangka, aku masih tetap membencimu.

Hanya saja kau harus menjadi orng tolol yang lebih baik dimata ALLAH.

Catatan : Jika kau benar2 menyayangiku , kau tak akan membagi surat
ini dengan siapapun.

Keterangan :

(Surat ini akan membuatmu akan benar-benar berfikir. Sebenarnya surat
ini hampir membuatku gila saat aku membacanya, tapi aku harus
memforwardnya karena catatan kecil dibawahnya)

Masihkah Emak yang Menyambutku di Pintu Rumah?

Entahlah…

Ini telah kali keberapa aku tak berada kembali di
sampingnya. Tak ada balasan pelukan yang hangat dan
nyaman setelah punggung tangannya yang keriput kucium
di hari ulang tahunnya. Tak ada pula sentuhan kasih
dari pipi yang banyak digurat garis ketuaan.

Saat ini, juga tak terdengar canda dan gelak tawa
seperti dulu kami sekeluarga berkumpul bersama. Duduk
mengelilingi sebuah meja yang di atasnya tersaji
hidangan ala kadarnya. Tumpeng nasi kuning yang
dihiasi telur dadar, tempe dan kacang goreng, irisan
mentimun serta beberapa potong ayam bakar. Setelah
usai berdo’a lalu bersama menikmatinya. Namun, itu
semua terjadi ketika aku masih berada di tengah
keluarga. Kini aku dan Emak telah jauh terpisah oleh
bentangan jarak yang ada.

Alhamdulillah…
Allah Ta’ala masih memberikan amanah berupa usia
kepada Emak. Diberikannya kesempatan untuk menghimpun
pahala serta menjalankan fitrah yang ada pada dirinya.
Niscaya, begitu pula yang dimiliki seluruh ibunda di
seluruh dunia. Bahkan ringkih dan renta tak akan mampu
menghalangi cinta mereka kepada anak-anaknya.

Memang, keikhlasan ibunda bagaikan luasnya samudera.
Mereka rela melepas setiap anak kandungnya walau harus
jauh terpisah. Pun, begitu juga Emak. Tak masalah
baginya, ketika di hari ulang tahun aku kembali tak
berada di tengah keluarga. Apalagi ia tahu bahwa aku
sedang menuntut ilmu di Negeri Sakura, yang membuatnya
senantiasa bangga. Tercapai sudah harapan agar setiap
anak haruslah lebih pintar dari orang tua.

Namun…
Adakah pula seorang ibunda yang tak bahagia jika anak
yang dicintai selalu berada di dekatnya? Aku yakin,
begitu pula dengan Emak. Jauh di lubuk hati Emak dan
para ibunda, pasti lebih mengharapkan kehadiran
anaknya di tengah keluarga. Tak hanya hadir ketika di
hari ulang tahun saja, tetapi di setiap saat.
Terlebih, ketika penyakit uzur dan tua yang memang tak
ada obatnya telah menghampiri mereka. Di tengah
semakin ketidakberdayaan, hanya anaklah harapan
satu-satunya.

Rasanya perasaan itu sama seperti saat kita kecil dan
juga tak berdaya. Dengan selimut kasih sayang,
didekapnya dengan cinta sang buah hati yang baru saja
menyapa dunia dengan lengking tangisannya. Ikhlas
diberikannya air susu beraroma surga, tangan yang
selalu sigap menyuapkan makanan, bahkan mata enggan
terpejam ketika yang dibelai justru telah terlelap
dalam buaian. Merekalah yang tak kenal lelah menjaga
dan membesarkan darah dagingnya. Pantaslah karenanya
cinta yang deras mengalir diganjar dengan surga.

Aaah…
Entah mengapa, semakin lama aku meninggalkan Emak
bagaikan menumpuk rasa bersalah. Emak-lah yang dulu
pernah beruah air mata ketika mengantar aku di Bandara
Sukarno-Hatta. Emak juga yang bersuka cita ketika aku
dan keluarga bisa pulang kampung dalam beberapa
kesempatan yang ada. Emak pula yang selalu kuharapkan
dari bola matanya jelas terpancar pendar cinta.

Ketika semakin berbilang usia Emak, seketika itu pula
pertanyaan yang sama selalu menyeruak,

“Ketika aku pulang nanti, masihkah Emak yang
menyambutku di pintu rumah?”

Mak…
Ketika tangan ini menulis, sesungguhnya jiwa dan raga
bagaikan ingin terbang mengangkasa. Lalu tersungkur,
luruhkan rindu dalam pelukan kasih dan cinta.
Hapuskanlah rindu anakmu ini, Mak. Rindu yang telah
terkuras dalam jutaan butir air mata.

Mak…
Saat aku pulang, kuingin pula engkau yang pertama kali
merengkuh tubuh anakmu. Anak yang sering sibuk hingga
melalaikan do’a terhatur untukmu. Anak yang tak pernah
membahagiakanmu, Mak. Bahkan anakmu ini tak pernah
bisa lagi menghadiri hari ulang tahunmu.

Mak…
Benarkah, ketika seorang anak rindu kepada orang
tuanya, sesungguhnya orang tuanya lah yang lebih
merindukan kehadiran anak itu di sisinya?

Percayalah, aku nanti pulang, Mak. Pasti aku akan
pulang. Walau gelar, uang atau kemewahan tak mampu
kupersembahkan, biarkanlah di sisa usiamu dapat
kucurahkan kasih sayang.

Mak…
Saat aku pulang nanti, sambutlah aku di pintu rumah.
Lalu baluri dengan do’a dan senandung pengantar tidur.
Atau, maukah engkau yang mendengar kisah pengalamanku?
Dan kemudian tidurlah di pangkuan anakmu, seperti yang
sering engkau lakukan padaku ketika masa kecilku dulu.

Selamat ulang tahun, Mak. Semoga Allah selalu
menyayangimu.

ALlahu a’lamu bish-shawaab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

-Abu Aufa-
http://www.abuaufa.net/
http://abuaufa.multiply.com/

REALITAS KEMATIAN DAN REFPLEKSI TAHUN BARU

Dalam kondisi kecemasan dan kegelisahan karena
dibayang-bayangi ketakutan akan kematian dan tempat
peristirahatan terakhir di dunia, mereka justru
mengangkat citra menakutkan melalui kisah misteri
tentang ruh yang telah meninggalkan jasad, kisah hantu
gentayangan yang tertuang lewat sinetron-sinetron
televisi. Mereka terus menerus memproduknya untuk
memperoleh pembenaran atas ketakutan terhadap kawasan
yang disebut pemakaman manusia tersebut. Lanjutkan membaca →

Membangun Rasa Percaya Diri

Percaya
diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh
argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri
diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi.
Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa
percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif
akan menurunkan rasa percaya diri. Bagaimana caranya supaya diri kita Lanjutkan membaca →

Satu kutipan dari lagunya Oom Gombloh

biarpun bumi bergoncang
kau tetap Indonesiaku
andaikan matahari terbit dari barat
kaupun tetap Indonesiaku
tak sebilah pedang yang tajam
dapat palingkan daku darimu — Kebyar-Kebyar
(Cipt. Gombloh)

Sesungguhnya Cinta Itu (Tidak) Kontroversial

Ingatkah saat Anda dulu jatuh cinta? Atau mungkin saat ini Anda tengah mengalaminya? Itulah yang sedang terjadi pada salah seorang sahabat saya. Akhir-akhir ini tingkah lakunya berubah drastis. Ia jadi suka termenung dan matanya sering menerawang jauh. Jemari tangannya sibuk ketak-ketik di atas tombol telpon genggamnya, sambil sesekali tertawa renyah, berbalas pesan dengan pujaan hatinya. Di lain waktu dia uring-uringan, namun begitu mendengar nada panggil polyphonic dari alat komunikasi kecil andalannya itu, wajahnya seketika merona. Lagu-lagu romantis menjadi akrab di telinganya. Penampilannya pun kini rapi, sesuatu yang dulu luput dari perhatiannya. Bahkan menurutnya nuansa mimpi pun sekarang lebih berbunga-bunga. Baginya semuanya jadi tampak indah, warna-warni, dan wangi semerbak.
Lanjutkan membaca →