*Azan di Irak Diakhiri dengan Seruan “Shalatlah di Rumah Kalian”*
19 Jun 06 14:39 WIB
Meningkatnya jumlah korban dari kalangan imam dan jamaah masjid yang
menjadi target penculikan dan pembunuhan di Irak sungguh memprihatinkan.
Masjid, bahkan sudah tidak menjadi tempat aman bagi kaum Muslimin untuk
sekedar memenuhi panggilan shalat yang seharusnya dilakukan lima kali
dalam satu hari.
Sejumlah masjid Sunni di Bashrah dan di berbagai kampung di Baghdad,
belakangan ini, justeru menyerukan “shalatlah di rumah kalian”, setelah
seorang bilal usai mengumandangkan azan lewat pengeras suara. Sebagian
masjid lainnya, ada yang mengajak kaum Muslimin menjamak shalat Maghrib
dengan shalat Isya, karena khawatir penyerangan ke arah masjid di waktu
malam dan ketatnya pengamanan yang dilakukan pada waktu malam. Bukan
hanya itu, sebagian masjid bahkan ada yang menetapkan untuk menutup
masjidnya dan tidak digunakan lagi, demi memelihara nyawa kaum Muslimin
dari kemungkinan penyerangan.
Seruan shalat di rumah, di akhir kalimat dalam azan, bermula dari tahap
pengamanan ekstra yang diterapkan di Baghdad pada 14 Juni lalu.
Pengamanan ekstra itu memberlakukan jam malam di mana tidak ada
seorangpun yang boleh berkeliaran di waktu malam. Sementara waktu shalat
isya hingga subuh adalah rentang waktu rawan yang mengancam banyak kaum
Muslimin. Karena itulah, para ulama sepakat menambahkan kalimat “shalluu
fii rihaalikum” yang berarti ajakan untuk shalat di rumah, di akhir azan.
Seorang imam masjid yang tak mau disebutkan identitasnya menyebutkan,
langkah itu ditempuh untuk mencegah agar tidak tumpah darah kaum
muslimin, dengan berdasarkan dalil syariah dalam sunnah nabi. Juga,
pandangan para fuqaha yang sepakat menetapkan menjamak shalat maghrib
dan isya menjadi satu waktu di waktu maghrib.
Kami telah menjelaskan kepada para jamaah shalat maghrib tentang
bolehnya menjamak shalat Isya di waktu Maghrib karena kondisi keamanan
yang begitu mengkhawatirkan.”
Berbagai tindak kriminalitas memang terjadi menimpa para imam dan khatib
masjid di Irak. Korban terakhir adalah Syaikh Hasan Kanani, imam dan
khatib Masjid Jami Muhaimin, Baghdad yang terbunuh saat ia berangkat
shalat Subuh pada hari Kamis (15/6). Setelah tragedi itu, dimulailah
langkah pengamanan di Baghdad. Bahkan setelah itu pun para imam masjid
masih tetap menjadi target pembunuhan. Empat orang jamaah masjid juga
dikabarkan menjadi korban serangan.
Anjuran para ulama tidak terbatas pada anjuran shalat di rumah dan
menjamak shalat, tapi sejumlah guru Islam di Baghdad juga mengajurkan
kaum Muslimin tidak menggunakan pakaian beridentitas Islam seperti
sorban. Mereka menganjurkan untuk mengganti simbol-simbol Islam itu
dengan celana, dan pakaian biasa untuk melindungi diri dari target
penculikan dan pembunuhan.
“Pakaian gamis, sorban, adalah syarat untuk hadir dalam mata kuliah di
sekolah dan untuk memasuki ujian. Tapi sekarang, manajemen sekolah
memberi peringatan kepada para guru dan mahasiswa untuk menggunakan
pakaian dan baju biasa,” ujar Syaikh Muhammad, guru di sekolah Imam
Azham yang mencetak para dai dan khatib di Baghdad. (na-str/iol)
source : http://www.eramuslim.com/news/int/44964b8a.htm