Tentang masalah
Ada pepatah mengatakan “Barang siapa yang menyelesaikan suatu pekerjaan, maka dialah yang akan mengaturnyaâ€ÂÂÂ. Setelah direnungkan, benar juga pepatah tersebut, walaupun tidak seratus persen kebenarnnya.
Ternyata, didalam hidup ini teramat banyak yang harus kita kerjakan. Segala persoalan hidup menuntut untuk diselesaikan, dan rupanya hal tersebut harus benar-benar ditanggapi dengan serius jika tak ingin menjadi masalah dalam hidup.
Ya, banyak hal yang harus kita kerjakan didunia ini, dan banyak pula hal yang seharusnya kita kerjakan namun belum kita kerjakan. Dan tentu saja, sekecil apapun pekerjaan yang harus kita kerjakan, jika dibiarkan terus menumpuk akan menjadi masalah. Masalahpun butuh penyelesaian. Jika masalah-masalah yang ada kita diamkan saja, maka sudah pasti masalah terus akan menumpuk dan membesar. Semakin besar masalah semakin rumit pula penyelesaiannya. Karenanya, jangan pernah biarkan ada pekerjaan yang tertunda kecuali kita selesaikan, jangan pernah ada pekerjaan terhutang kecuali kita bayarkan, jangan pernah ada masalah sekecil apapun kecuali sekuat tenaga kita cari solusinya.
Realita keadaan bangsa Indonesia saat ini adalah juga merupakan bagian dari masalah yang menuntut diselesaikan. Dan bisa jadi justru kitalah bagian dari masalah tersebut. Ya, kita, para pemuda Indonesia yang seharusnya menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dihadapi bangsa ini.
Begitu seringnya kita lupa memperhatikan keadaan sekitar kita yang begitu bermasalah. Kita tahu dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, namun hampir selalu kita menutup mata pada keburukan dan kesalahan sistem komunitas bangsa kita.
Dan kini sudah saat kita bangkit menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa kita. Dimulai dari hal-hal yang terkecil. Minimal kita membenci hal-hal yang dapat membuat bangsa ini semakin terpuruk. Namun, membenci saja tidak cukup. Membenci dan mencaci tidak akan menjadi solusi, malah bisa jadi menambah masalah. Tak perlu mengumbar kebencian dan caci maki, kebencian dan caci maki hanya akan menguras energi. Yang perlu kita lakukan adalah berpikir keras dan bertindak menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada.
Kita membenci adanya kemasiatan yang dapat merusak moralitas bangsa, diskotik-diskotik, tempat-tempat prostitusi, ‘panti pijat yang penuh kemaksiatan’, aneka perjudian, namun pernahkan kita berusaha memberikan pemahaman yang benar kepada mereka secara bijak dengan cara yang sistematis, sungguh-sungguh berusaha untuk menyadarkan mereka, sambil mencari alternatif lapangan pekerjaan untuk mereka? Bukan malah mengutuk dan menganggap mereka sebagai sampah masyarakat yang harus berantas dan dihancurkan.
Kita tidak menyukai lingkungan yang kotor, sampah berserakan disana-sini, maka kita harus berpikir keras sekaligus bertindak mencari solusi bagaimana suatu lingkungan dapat menjadi indah dipandang dan menjadi contoh bagi daerah yang lain, dimulai dengan memberikan contoh rumah kita sendiri yang walaupun begitu sederhana namun tertata dengan rapi dan bersih, misalnya, lalu berusaha memberikan contoh pembersihan lingkungan kepada masyarakat, dan mengajak masyarakat untuk turut serta dalam solusi tersebut.
Kita merasa prihatin terhadap tayangan-tayangan televisi, iklan-iklan, lagu-lagu, yang kurang mendidik, bahkan terkesan menjerumuskan, maka kita harus berpikir keras dan bertindak mencari solusi agar masyarakat dapat memilah-milah acara-acara televisi tersebut, sekaligus sleketif dalam memilih dengan konteks pemahaman yang benar. Begitu pula dengan media-media informasi yang lain, seperti acara-acara radio, majalah-majalah dan tabloid-tabloid maksiat, dan sebagainya.
Ya, hal tersebut diatas hanyalah sekedar contoh saja dari beragam permasalahan yang ada. Namun bagaimanapun setiap permasalahan menuntut untuk diselesaikan. Karenanya, jika kita, pemuda Indonesia, memang memiliki kemampuan untuk menjadi bagian dari solusi, marilah kita menjadi solusi tersebut. Jangan pernah biarkan bangsa ini terus-menerus larut dalam berbagai permasalahan. Kita lakukan perubahan pada bangsa ini kearah yang lebih baik dengan diawali perubahan diri sendiri.
Marilah kita hemat energi kita dari segala perbuatan yang menguras kemampuan kita. Sehebat apapun janji yang kita ucapakan, tetap saja masyarakat menanti bahwa pemuda Indonesia benar-benar menjadi solusi bangsa ini.
Terakhir, ada baiknya kita merenung dan melirik pada diri sendiri, apakah kita ini adalah penyelesai masalah atau diri kitalah yang bermasalah, atau justru kitalah penambah masalah? (Khajeya)
Arsip
- April 2015
- Maret 2015
- Oktober 2014
- September 2014
- Mei 2014
- April 2014
- Januari 2014
- Agustus 2013
- Juli 2013
- November 2012
- Oktober 2012
- Juni 2012
- Januari 2012
- Desember 2011
- November 2011
- September 2011
- Agustus 2011
- Juli 2011
- Juni 2011
- Maret 2011
- November 2010
- Agustus 2010
- Januari 2010
- Juli 2009
- Juni 2009
- Mei 2009
- April 2009
- Maret 2009
- Februari 2009
- Januari 2009
- Desember 2008
- November 2008
- Oktober 2008
- September 2008
- Agustus 2008
- Juli 2008
- Juni 2008
- Mei 2008
- April 2008
- Maret 2008
- Februari 2008
- Januari 2008
- Desember 2007
- November 2007
- Oktober 2007
- September 2007
- Agustus 2007
- Juli 2007
- Juni 2007
- Mei 2007
- April 2007
- Maret 2007
- Februari 2007
- Januari 2007
- Desember 2006
- November 2006
- Oktober 2006
- September 2006
- Agustus 2006
- Juli 2006
- Juni 2006
- Mei 2006
- April 2006
- Maret 2006
- Februari 2006
- Januari 2006
- Desember 2005
- Oktober 2005
- September 2005
- Agustus 2005
- Juli 2005
- Juni 2005
- Mei 2005
- April 2005
- Oktober 2004
Calendar
S | S | R | K | J | S | M |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | |||
5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |
12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 |
19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 |
26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
Kategori
- Tak ada kategori
Tinggalkan Balasan