Bukan Rayuan

Nona, bolehkah aku menjemputmu sore ini?
Menjemputmu kembali setelah ku meninggalkanmu semalam?
Atau kau telah membayar mahal orang lain untuk melakukannya?
Ah, Nona…
Semalam hanya setitik hitam dari hamparan luas jalan yang kita lalui
Jalan yang tak harus selalu mulus teraspal
Terkadang harus ada lubang-lubang, atau kumbangan air comberan
Nona, maukah nanti sore kau kembali ku jemput?
Lalu kita pulang berjalan kaki?
Lalui jalan aspal kota ini
Dan kaki kitapun lalu pegal… Ah, itu ‘kan sudah biasa, bukan?
Mari buat iri sepasang kekasih dalam mobil mewah itu
Dan biarkan keringat menjadi saksi cinta kita, bukan tetesan bensin yang terbakar
Dan seperti biasa, tepat disebuah restoran mewah itu ada kedai bakso sederhana
Satu mangkuk cukup ’kan?
Karena kau makan tidak pernah banyak
Satu mangkuk untuk berdua, agar esok masih bisa kita beli bakso ini lagi
Dan tetap makan bakso itu disini, sampai kita temukan lagi tempat lain yang lebih murah
Lalu, sesampai didepan teras rumahmu, seperti biasa kau akan tersipu menyuruhku duduk
Dan aku tetap berdiri, lalu mengedipkan mata dan pergi
Malamnya kita sama-sama bermimpi semua yang kita lalui dijalan tadi
Dan esok pagi ku kan datang menjemputmu, mengantarkan kau sekolah
Biarkan guru marah karena kau sedikit terlambat datang
Yang penting kita bisa berbicara banyak hal dijalan
Lagipula, kau akan berada disekolah ini sampai lama, sampai sore, dan aku menjemputmu
Dan aku pulang ke rumah dengan hati senang meninggalkanmu dalam keadaan senang
Lalu, bolehkah aku kembali menjemputmu sore ini?
Menjemputmu kembali setelah ku meninggalkanmu semalam?
Atau kau telah membayar mahal orang lain untuk melakukannya?
Ah, Nona…
Semalam hanya setitik hitam dari hamparan luas jalan yang kita lalui
Dan akan masih banyak kerikil didepan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *