Puisi Untuk Keluargaku
Menopang seluruh yang ada di hati, tubuh, dan luangan kasih sayang kalian
Hingga begitu indah setiap detik dalam hangat cengkrama
Bunda, Ayah, dengan malu kukatakan : “Akulah anakmu…â€ÂÂÂ
Adik-adikku, dengan malu kukatakan : “Akulah kakakmu…â€ÂÂÂ
Pernah dan sering ku amat rapuh
Pada kalian aku mengeluh, dan selalu
Bunda…
Sejujurnya telah kucoba kumpulkan keindahan dunia untuk ganti hadirmu
Sejujurnya telah kupilah yang terbaik untuk mengisi kerinduanku
Tapi bunda, yang kutemui hanya lelah
Lalu saat itu aku kembali padamu, memohon pelukan
Dan kau senantiasa menjadi pendengar yang arif
Mendengarkan dengan mata, mendengarkan dengan hati
Kau mendengar apa yang tak bisa terucap dengan kata-kata
Bunda…
Dunia takkan mampu menggantikanmu
Pilahan yang terbaik takkan lagi coba kuisi dalam rinduku
Hingga begitu indah setiap detik dalam rahimmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam gendonganmu
Hingga begitu indah setiap detik dalam pangkuanmu
Hingga derita kau rasa indah demi anandamu
Lalu… Kenapa hanya rindu yang ananda punya untuk ibunda?
Tidak bunda…
Rindu ini hadir dalam Doa anandamu
Agar surga selalu hadir untukmu
Bukan hanya ditelapak kakimu
Ayah…
Rentetan waktu yang kau urai dalam peluh
Dalam entah berapa banyak tetes keringatmu yang kini menjadi darahku
Selama itu kau tetap tersenyum
Jinjingan pelangi tak pernah luput kau bawa sepulang kerja
Lalu dengan sabar, menguraikan warnanya untukku satu persatu dengan mata berbinar
Dengan baju kemejamu yang telah lusuh
Lalu, kuteringat saat kumerengek meminta baju baru
Sementara kau sibuk berhutang demi memenuhi keinginanku…
Ah, aku memang anak yang manja…
Ucapan terimakasih dan doa rasanya tak pernah cukup untuk membalasmu
Sementara, tak jarang aku menjadi jauh dari harapan-harapanmu
Aku malu…
Ayah…
Sebagian semangatku ada dalam doamu
Dan pijakan hidupku dalam petuah sederhanamu
Aku catat dalam jiwa dan coba kujalankan
Ayah…
Ananda bangga menjadi anakmu
Bunda, Ayah,
Mungkinkah kumampu menjadi anak yang dapat kalian banggakan
Mungkinkah kumampu penuhi semua harapan
Mungkinkah kumampu menjadi penyejuk pandangan
Maafkan aku…
Maafkan jikalau budi kalian selama ini aku balas dengan hinaan
Maafkan jikalau sapaan lembut aku balas dengan hardikan
Maafkan jikalau mata ini sering menatap sinis pada kalian…
Maafkan jikalau banyak permintaan tolong yang tak kudengar
Maafkan jikalau aku justru membuat kalian malu
Maafkan atas segala…
Maafkan…
Ayah, Bunda, maafkan aku…
Sungguh aku ingin menjadi anak yang dapat kalian banggakan
Sungguh aku ingin penuhi semua harapan
Sungguh aku ingin menjadi penyejuk pandangan
Ayah, Bunda, kembali kumemohon doamu…
Adik-adikku…
Malaikat kecilku…
Ah, kini kalian telah tumbuh besar
Tentu telah memahami lebih banyak tentang hidup
Kalian kini telah tumbuh menjadi anak yang cerdas
Ya, kalian kini tak lagi mudah untuk kubohongi seperti dulu
Adik-adikku, selain Bunda dan Ayah kita, kalianlah yang paling tahu siapa aku
Kalian tahu setiap cela diri kakak…
Selain Bunda dan Ayah, kalianlah yang paling sering menjadi korban amarahku
Kalian yang selalu menjadi pelampiasan emosi dan egoisku
Padahal kakak tahu, kalian begitu tulus menyayangi kakak
Entah telah berapa banyak doa kalian yang menjadi jalan kemudahan bagi hidup kakak
Maafkan kakak, adik-adikku…
Selama ini kakak belum mampu menjadi suri tauladan bagi kalian
Kakak belum bisa menjadi kakak yang baik, yang membahagiakan kalian
Lebih banyak menyulitkan dan menyudutkan kalian
Jari-jari ini telah banyak membuat pipi kalian merah…
Selain Bunda dan Ayah, kalianlah orang paling pemaaf yang pernah kakak kenal
Pertengkaran yang acap kali terjadi karena ketidakdewasaanku, begitu mudah kalian lupakan
Seringkali ucapan lugu kalian menjadi nasehat jiwa
Seringkali tingkah polos kalian menjadi hikmah hidup
Kalianlah motivator, penyemangat hidupku
Ketika menatap kalian tidur bagai bayi, terbesik di benakku, alangkah inginnya aku membahagiakan kalian
Alangkah inginnya aku menjadi kakak yang bisa kalian banggakan
Adik-adikku, kakak sayang kalian…
Keluargaku…
Kalian adalah surga dalam hidupku
Karunia termegah Sang Pencipta untukku
Pastikan kita selalu bersama, selamanya…
Arsip
- April 2015
- Maret 2015
- Oktober 2014
- September 2014
- Mei 2014
- April 2014
- Januari 2014
- Agustus 2013
- Juli 2013
- November 2012
- Oktober 2012
- Juni 2012
- Januari 2012
- Desember 2011
- November 2011
- September 2011
- Agustus 2011
- Juli 2011
- Juni 2011
- Maret 2011
- November 2010
- Agustus 2010
- Januari 2010
- Juli 2009
- Juni 2009
- Mei 2009
- April 2009
- Maret 2009
- Februari 2009
- Januari 2009
- Desember 2008
- November 2008
- Oktober 2008
- September 2008
- Agustus 2008
- Juli 2008
- Juni 2008
- Mei 2008
- April 2008
- Maret 2008
- Februari 2008
- Januari 2008
- Desember 2007
- November 2007
- Oktober 2007
- September 2007
- Agustus 2007
- Juli 2007
- Juni 2007
- Mei 2007
- April 2007
- Maret 2007
- Februari 2007
- Januari 2007
- Desember 2006
- November 2006
- Oktober 2006
- September 2006
- Agustus 2006
- Juli 2006
- Juni 2006
- Mei 2006
- April 2006
- Maret 2006
- Februari 2006
- Januari 2006
- Desember 2005
- Oktober 2005
- September 2005
- Agustus 2005
- Juli 2005
- Juni 2005
- Mei 2005
- April 2005
- Oktober 2004
Calendar
S | S | R | K | J | S | M |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | |||
5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 |
12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 |
19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 |
26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |
Kategori
- Tak ada kategori
Tinggalkan Balasan